Bentrok antar suporter bulan bulan ini memang cukup heboh , baik dikalangan dunia suporter sendiri maupun semua media , dan orang awam . Ketika pertandingan itu ditunggu tunggu , dan akhirnya pecah dengan semua amunisi persiapan yang ada atau mendadak .
Rasa rivalitas itu masih tetap ada dan mungkin tidak bisa hilang atau akan dingin dengan sekejap . Bila di negara kita proses hukum yang setiap tahun setiap tahun masih begitu saja tentang memproses bentrokan antar suporter . Kita pergi sebentar ke negara yang masih berada di kawasan Asia , yaitu Kairo-Mesir untuk sedikit berbagi cerita tentang bagaimana berita tentang Ultras Mesir dan Hukum yang diterapkan di Kairo sana . Jadi , kita hanya berbagi berita saja kawan :) . Kita ambil sisi positivnya yess :)
TRIBUNNEWS.COM, KAIRO - Dua orang tewas dan setidaknya 15 orang lainnya cedera dalam kerusuhan di Kairo, Sabtu (9/3/2013).
Kerusuhan itu dipicu oleh keputusan Pengadilan Mesir, di Kairo, Sabtu (9/3/2013), yaitu mengukuhkan hukuman mati terhadap 21 orang dalam kasus kerusuhan antarsuporter klub sepak bola Al Masry (Port Said) dan Al Ahly (Kairo) yang mengakibatkan 74 orang tewas dan sekitar seribu orang lainnya cedera pada F, di Stadion Port Said, Rabu (1/2/2012)
Insiden Februari 2012 itu terjadi setelah pertandingan liga antara tuan rumah Al Masry dan klub dari Kairo, Al Ahly. Menurut media-media lokal, suporter tuan rumah masuk lapangan dan menyerang pemain, suporter, dan siapa saja yang menggunakan atribut Al Ahly, baik dengan tangan kosong maupun senjata tajam. Sebagian besar dari 74 korban tewas merupakan pendukung Al Ahly.
Mengingat Al Masry memenangi laga itu dengan skor 3-1, sejumlah kalangan menilai kerusuhan itu dipicu oleh isu politik, berkaitan dengan revolusi Mesir yang berujung lengsernya Hosni Mubarak dari jabatan Presiden pada Februari 2011. Sebagai catatan, Port Said merupakan salah satu basis pendukung Mubarak, sementara sebagian besar suporter Al Ahly berasal dari kelas pekerja, yang notabene mendukung revolusi Mesir.
Pada Selasa, 17 April 2012, Pengadilan Mesir mulai menyidang 73 orang yang didakwa bertanggung jawab atas kerusuhan Februari 2012 itu.
Di antara 73 orang itu terdapat sembilan orang polisi, termasuk dua polisi senior, yaitu Jenderal Essam Samak dan Brigadir Jenderal Mohamed Saad. Mereka dianggap kurang cukup berusaha, baik dalam hal mencegah maupun meredakan kerusuhan pada Februari 2012 itu.
Untuk Saad, ia memiliki kunci pintu gerbang stadion dan gerbang berada dalam kondisi terkunci saat kerusuhan terjadi, sehingga menyulitkan suporter menyelamatkan diri, pada Februari 2012 itu.
21 orang dari 73 orang itu dijatuhi vonis mati pada 28 Januari 2013. Pengumuman sanksi untuk 52 orang lainnya ditunda hingga 9 Maret 2013.
Pada sidang 9 Maret 2013, Pengadilan Mesir menetapkan hukuman gantung untuk 21 terpidana mati itu dan mengumumkan keputusan untuk 52 orang lainnya.
Dari 52 orang itu, lima orang dihukum penjara seumur hidup, sepuluh orang termasuk Samak dan Saad dihukum penjara 15 tahun, enam orang dihukum penjara sepuluh tahun, dua orang dihukum lima tahun, satu orang dihukum penjara satu tahun, dan 28 sisanya termasuk tujuh orang polisi, dibebaskan.
Keputusan itu membuat marah suporter Al Ahly dan Al Masry. Sementara suporter Al Ahly menilai sanksi itu kurang keras, suporter Al Masry menilai sanksi itu berlebihan. Kerusuhan pun terjadi di Kairo dan Port Said.
Di Kairo, kerusuhan terjadi misalnya di Hotel Semiramis Intercontinental dan sekitarnya, markas Federasi Sepak Bola Mesir (EFA), dan sebuah klub polisi di dekat markas EFA.
Sebanyak dua orang tewas dan lima orang cedera dalam kerusuhan di Hotel Semiramis Intercontinental dan sekitarnya. Sementara itu, kantor EFA dan klub untuk polisi itu dibakar. Sebanyak sepuluh orang mengalami trauma inhalasi, yaitu masuknya uap panas ke dalam saluran pernapasan, akibat kebakaran di kantor EFA.