>>STAND AND SCREAM ONLY FOR DELTRAS | SALAM VIRUS DAMAI | WE ARE DELTAMANIA | SIDOARJO IS RED<<

Kamis, 22 November 2012

Kriteria Dan Prinsip ultras

Suatu kelompok tifosi dikatakan sebagai kelompok Ultras jika memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Merupakan suatu kelompok yang jelas, memiliki identitas, alamat, kepemimpinan, rekrutmen dan peraturan organisasi yang baku.
2. Merupakan pendukung suatu klub, tetapi bukan bagian dari manajemen klub dan bukan kepanjangan tangan dari manajemen klub. Kelompok ini bersifat independent dan tidak menerima dana apapun dari klub. Dari kriteria kedua inilah banyak kalangan ultras yang menolak memasukkan Irriducibili Juventus sebagai kelompok ultras, karena mereka diorganisasi oleh serikat buruh pabrik mobil Fiat, keanggotaannya merupakan buruh dan keluarga buruh Fiat serta menerima dana dan perlengkapan dukungan dari manajemen klub.
 Prinsip-prinsip Ultras vs Hooliganisme
Secara prinsip, kelompok ultras sangat berbeda dengan kelompok hooligans :


1. Kelompok ultras terikat dalam suatu organisasi yang jelas, kelompok hooligans tidak memiliki suatu organisasi yang jelas.
2. Kelompok ultras bertujuan mendukung klub pujaannya, kelompok hooligan bertujuan menyerang pendukung lawannya.
3. Kelompok ultras bangga dan mengenakan atribut klub dan kelompoknya ke manapun mereka bepergian, kelompok hooligans tidak akan mengenakan atribut apapun kecuali di dalam stadion saat pertandingan.
4. Kelompok ultras cenderung berkelompok sehingga memudahkan polisi mengidentifikasi dan memberikan perlindungan kepada mereka, kelompok hooligan justru sebaliknya, mereka cenderung berpencar untuk mengelabui polisi.

Diego Maradona pernah menggambarkan kelompok ultras sebagai, "We don't fight, but we paint the flag," yang artinya: kami tidak bertempur, tapi kami mengibarkan bendera identitas kami.

Prinsip-prinsip yang dianut oleh kelompok ultras dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Tidak pernah berhenti bernyanyi dan meneriakkan yell dukungan sepanjang pertandingan, apapun hasil pertandingan itu.
2. Tidak pernah duduk sepanjang pertandingan.
3. Menyaksikan sebanyak mungkin pertandingan, baik di home maupun away.
4. Loyalitas penuh pada para pemain dan kesebelasannya, bagaimanapun keadaan dan prestasi klub.
5. Loyalitas penuh pada bagian stadion tempat mereka berkiprah (Curva) dan kelompok ultras bersaudara (gamellaggio) di klub lain.

Italia sebetulnya relatif bersih dari ulah kelompok ultras yang bertindak anarkis, sampai saat "nama baik" ultras Italia dicemarkan oleh kelompok Ultras Roma (pendukung klub AS Roma) yang menikam 3 pendukung klub Middlesbrough (2006) dan mengeroyok hingga babak-belur 11 pendukung Manchester United (2007).

Satu kerusuhan masif lainnya yang melibatkan kelompok ultras terjadi pada 12-15 November 2007 ketika Gabriele Sandri, seorang DJ terkenal di Roma yang menjadi pendukung Lazio meninggal setelah tertembak di bagian belakang kepalanya oleh polisi pada saat terjadi kerusuhan antara polisi Roma dan sekelompok suporter anarkis Juventus. Sandri sendiri tidak terlibat kerusuhan, dia hanya berada di tempat dan waktu yang salah. Segera saja kematian Sandri menyulut kerusuhan besar di kota Roma ketika ribuan anggota Irriducibili Lazio menyerbu kantor polisi menuntut keadilan, Di kota Milano, ribuan ultras Inter juga melakukan hal yang sama, menyerbu kantor-kantor polisi untuk menunjukkan solidaritasnya. Selebihnya, ultras bukanlah hooligans. Dengan pengecualian Ultras Roma, kelompok-kelompok ultras di Italia sama sekali menentang hooliganisme, dan tidak pernah menjadi pihak pertama yang memulai aksi-aksi kekerasan.

Sumber: http://www.kaskus.us/showthread.php?t=9252269&page=40